Jumat, 12 Juni 2015

Karakteristik Lokal Batang Suhaid


Dukuh ialah suatu tempat yang terdapat di Batang Suhaid tepatnya diujung kampung yang  lebih dikenal sebagai lokasi pemakaman para leluhur serta keturunan raja Nanga Suhaid. Kerajaan Nanga Suhaid dipimpin oleh seorang raden yang bernama Patah. Raden patah merupakan salah satu dari sembilan bersaudara, anak dari raja yang pernah memimpin di induk kerajaan Kapuas Hulu tepatnya di Putussibau. Konon kerajaan yang dipimpin oleh Raden Patah tersebut awalnya berpusat di Batang Suhaid.
              Pemakaman Dukuh merupakan salah satu kearifan lokal yang dimiliki oleh kecamatan Suhaid. Konon katanya setiap masyarakat yang bekerja disekitar areal pemakaman Dukuh sering melihat hal hal yang bersifat mistis. Adapun hal hal mistis yang sering ditemui masyarakat pada saat itu seperti terlihatnya puing puing cahaya yang tinggi dan muncul dari pohon kayu ara yang berada disekitar pemakaman tersebut (ungkap ngah alim dan wak saudi saat nyuluh ikan gurami ).
             Areal pemakaman dukuh ini cukup eksotis dan memiliki karakteristik yang begitu unik yaitu dikelilingi oleh sungai dukuh dan merupakan daratan yang berbukit sehingga terlihat mencolok dari kejauhan. Arealnya cukup seram dan bagus untuk uji nyali. Tak kalah hebohnya juga masyarakat sering hilang dan terkadang tiba2 saja menjelma di sekitar wilayah tersebut.
Panorama alam yang disuguhkan dukuh begitu indah dan mempesona sehingga melahirkan gladiator gladiator cinta, tempat tersebut bernama Entinum dan Batu garam. Daerah ini menarik begitu besar minat wisatawan untuk berdatangan baik yang berasal dari dalam negeri maupun manca negara. Pengunjung yang sering datang ke tempat ini sebagian besar adalah masyarakat Nanga Rindit, Batang Suhaid, dan beberapa bule dari tanah Eropa. Seiring meningkatnya peradaban tersebut Entinum dan Batu Garam mampu menyita perhatian publik dan wisatawan manca negara. Penghasilan dari kunjungan para wisatan mampu mendongkrak pendapatan Devisa kerajaan ini pada zaman dahulunya.

Daerah ini juga memiliki kekayaan alam yang melimpah yaitu memiliki kandungan mineral alam berupa fospat, asam sitrat, Natrium Bikarbonat, Aspartam , Maltodekstrin dan yang paling penting terdapat kandungan unsur emas yang sangat banyak didalamnya. Sampai saat ini belum ada yang berani menggali emas diwilayah tersebut. Konon wilayah tersebut dijaga oleh tiga buaya yaitu Buaya Hitam, Buaya Putih dan Rabin Kunin. Demikian penuturan dari Agan dan Mas Piun Ketika memasang bubu. 
Cerita ini masih panjang dan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membacanya sampai selesai, namun penulis hanya menuliskan lembaran pertama saja dari cerita yang terdapat didalam sebuah kitab yang diturunkan oleh cucu terakhir Raden Patah ini. adapun judul kitab ini masih belum jelas, karena pada bagian kulitnya masih tertutup debu tua. Debu-debu tersebut amat tebal dan susah untuk dilepaskan. jika kulit kitab ini sudah bersih dari debu tua tersebut maka penulis akan mempublikasikannya. 
Kitab tersebut merupakan tonggak sejarah yang memuat rangkaian cerita tentang ribuan karakteristik Batang Suhaid baik yang berada pada lapisan alam bawah tanahnya maupun kekayaan alam yang berada di atas permukaan, sebagian juga mengungkapkan tentang cerita dunia dari alam lain maupun yang berhubungan dengan dunia nyata, sebagian juga merupakan fiktif belaka dan belum direvisi yang mana apabila terdapat kesamaan nama atau tokoh didalamnya hanyalah merupakan kebetulan belaka.


Inilah profil dari Raden patah yang terdapat didalam sebuah kitab yang diwariskan oleh cucu terakhir dari Raden Patah. Raden Patah adalah pemimpin dari Kerajaan Batang Suhaid. kerajaan ini merupakan kerajaan yang sangat termasyur, kaya raya akan adat yang tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan. semenjak kemerdekaan Republik Indonesia (RI) di tahun 1945, Kerajaan ini bergabung menjadi wilayah kesatuan RI sampai sekarang wilayah yang di pimpin oleh Raden Patah ini sering dikenal dengan nama Batang Suhaid.

Foto ini diambil ketika Raden Patah ingin mempersunting istrinya yang bernama Dayang Sumpit. Saat itu Raden Patah menyunting istrinya dengan mas kawin  kebun karet dua bidang, sebuah rumah goyang dan satu buah lantin untuk permandian.

Setelah Bertanya kembali kepada para tetua dan tokoh masyarakat ternyata cerita di atas masih mengalami sedikit saja kejanggalan. Cerita tersebut semakin berkembang namun tetap mengalami revisi demi perubahan agar menjadi sebuah cerita rakyat yang lebih baik.  Potongan cerita ini mengungkapkan karakteristik Batang Suhaid yang sesungguhnya mengenai realita kehidupan dari gambaran khusus terhadap segelintir cerita yang ada di masyarakat.  cerita-cerita inilah yang mengisi manisnya hingar bingar keramaian penduduk di Batang Suhaid. Adapun sekelebat cerita tersebut yang sebenarnya adalah seperti dibawah ini.



Karakteristik Lokal Batang Suhaid

Dukuh ialah suatu tempat yang masih menjadi bagian dari Batang Suhaid. Tempat ini tepatnya berada diujung kampung yang  lebih dikenal masyarakat setempat sebagai lokasi pemakaman para leluhur serta keturunan raja Nanga Suhaid. Kerajaan Nanga Suhaid dipimpin oleh seorang raden bernama Raden Patah. Beliau merupakan salah satu dari sembilan bersaudara, anak dari raja yang pernah memimpin di induk kerajaan Kapuas Hulu tepatnya di Putussibau. Konon kerajaan yang dipimpin oleh Raden Patah tersebut awalnya berpusat di Batang Suhaid. Abad kejayaan kerajaan ini berakhir setelah terjadinya tragedi kebakaran yang meluluh lantakkan sebagian besar rumah warga di kerajaan tersebut. Akhirnya kerajaan ini memulai peradaban baru dan berpindah ke bagian hilir Batang Suhaid.
Pemakaman dukuh menjadi saksi bisu dari peradaban agama islam yang telah lama masuk dan berkembang di Nanga Suhaid. Banyak ditemukan pemakaman yang bertuliskan huruf-huruf arab pada batu nisannya. Bebarapa batu nisan tersebut telah menjadi fosil yang diperkirakan berusia ratusan tahun. Kuburan tersebut berjejeran dari kaki sungai hingga bagian puncak perbukitan di areal tersebut. Pemakaman keturunan raja yang nisannya bertuliskan huruf arab banyak ditemukan dibagian puncak. Bagian puncak pada areal pemakaman ini sudah sangat padat sehingga pemukiman para warga terletak dibagian bawah dan pesisir sungai Dukuh tersebut.
Pemakaman Dukuh merupakan salah satu kearifan lokal yang dimiliki oleh kecamatan Suhaid. Konon katanya setiap masyarakat yang bekerja disekitar areal pemakaman Dukuh sering melihat hal hal yang bersifat mistis. Adapun hal hal mistis yang sering ditemui masyarakat pada saat itu seperti terlihatnya puing puing cahaya yang tinggi (leak) dan muncul dari pohon kayu ara dan pohon rengas yang berada disekitar pemakaman tersebut (ungkap ngah alim dan wak saudi saat nyuluh ikan gurami ).
Areal pemakaman dukuh ini cukup eksotis dan memiliki karakteristik yang begitu unik yaitu dikelilingi oleh sungai dukuh dan merupakan daratan yang berbukit sehingga terlihat mencolok dari kejauhan. Arealnya cukup seram dan bagus untuk uji nyali. Tak kalah hebohnya juga masyarakat sering hilang dan terkadang tiba2 saja muncul di sekitar wilayah tersebut.
Daerah dukuh juga menyuguhkan panorama alam yang begitu indah dan mempesona. Pada pagi dan sore kita bisa menikmati keindahan dan kesegaran alam daerah tersebut. Dearah eksotis yang terbentang di pesisir bagian hulu sungai Batang Suhaid tersebut bernama Entinum dan Batu garam. Daerah ini menarik begitu besar minat wisatawan untuk berdatangan baik yang berasal dari dalam negeri maupun manca negara. Pengunjung yang sering datang ke tempat ini sebagian besar adalah masyarakat Nanga Rindit, Batang Suhaid, dan berbagai tamu-tamu mereka dari luar kota dan luar negeri.
Tak terbantahkan lagi Dukuh juga memiliki kekayaan alam yang melimpah yaitu memiliki kandungan mineral alam berupa Posfat, Mangan, Calsium, Kalium dan yang paling penting terdapat kandungan unsur emas yang sangat banyak didalamnya. Namun sampai saat ini belum ada masyarakat yang berani menggali emas diwilayah tersebut. Konon wilayah tersebut dijaga oleh tiga buaya yaitu Buaya Hitam, Buaya Putih dan Rabin Kunin. Demikian penuturan dari Agan dan Mas Piun Ketika memasang bubu.
Masyarakat Batang Suhaid yang memiliki hobi dan profesi menangkap ikan, sangat gemar berburu dan menangkap ikan di Entinum dan Batu Garam. Tatkala sang fajar tiba, masyarakat sudah memulai aktifitasnya ditempat eksotis dengan panorama alamnya ini. Namun demikian tak jarang juga masyarakat yang memasang bubu, pukat, rabai, atau pun yang sedang melintasi daerah ini melihat kemunculan buaya ditepi sungai. Agan dan maspiun adalah beberapa dari masyarakat yang pernah melihat fenomena kemunculan buaya. Selain itu masyarakat lainnya juga sering menemukan penjelmaan buaya. Tak hanya buaya hitam namun juga buaya putih yang lebih sering ditemukan di wilayah Batu Garam.
Aneh tapi nyata memang, kemunculan buaya putih ditempat ini bukanlah buaya albino atau akibat dari penyimpangan gen. Namun buaya putih ini dianggap sebagai penjelmaan dari alam gaib yang memiliki kaitan erat dengan manusia. Beberapa penduduk yang memiliki indera keenam sudah terbiasa dengan kedatangan buaya putih ini. Ada juga diantara mereka yang memang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan buaya. Mereka juga memiliki kemampuan untuk mendeteksi keberadaan buaya putih pada waktu tertentu.
Arus sungai batang suhaid yang tidak terlalu deras menyimpan kekayaan beragam jenis ikan yang hidup didalamnya. Lembutnya nuansa flora air yang menjadi habitatnya membuat ikan ikan tumbuh dan berkembang dengan pesatnya. Semakin banyak nelayan dan penghobi yang menangkap dan memburu ikan, semakin banyak macam jenis senjata dan perangkap ikan juga tak begitu berpengaruh mengancam eksistensi ikan ikan di kawasan Batang suhaid. Masyarakatnya cukup sejahtera walaupun semisalnya hanya bekerja memasang rabai dan memancing saja, dari hasil penjualan ikan yang didapatkannya saja sudah mampu membiayai kehidupan keluarganya.
Wilayah Batu Garam sungguh merupakan anugerah yang luar biasa bagi masyarakat Batang Suhaid. Keseimbangan ekosistem yang masih terjaga membuat kehidupan masyarakatnya aman, tentram dan damai. Tatkala musim kemarau datang masyarakatnya asik memungut ikan yang mabuk akibat racun toba dari penduduk suku suwait mantan di uncak hulunya, ataupun mereka dengan mudahnya berburu dan menangkap ikan di alur dasar sungai yang menyempit. Tatkala musim pasang datang masyarakat pun tetap tenang karena cukup dengan memasang perangkap bubu dan pukat saja masih mudah mereka mendapatkan ikan untuk kebutuhan mereka.
Berbagai macam jenis ikan hasil tangkapan masyarakat juga dimanfaatkan untuk berbagai macam kegunaan. Kebanyakan masyarakat menjual ikan hasil tangkapan mereka langsung dalam bentuk segar. Ada juga ikan yang di awetkan dulu yaitu disalai atau dijadikan ikan asin untuk kemudian baru dijual. Namun ikan yang ukurannya kecil dijadikan pakan bagi ikan yang mereka pelihara ditambak atau untuk pakan ikan Arwana yang hampir setiap warga Batang Suhaid memeliharanya di akuarium sebagai hiasan didalam rumah. Ikan Arwana memiliki harga yang fantastis hal inilah yang memberikan dampak kemakmuran bagi sebagian besar masyarakatnya (penjelasan tentang arwana akan kita jelaskan pada laman berikutnya di episode yang akan datang).
Berbagai cerita dari Batang Suhaid seperti ditemukannya Siluk Berantai yang dijaga oleh ular dan buaya, ditemukannya Sepasang Meriam Emas, Tragedi Kebakaran, Sejarah Entinum dan Batu Garam beserta cerita rakyat lainnya masih belum sempat diceritakan pada laman ini namun akan dilanjutkan pada laman berikutnya sesuai isi kitab peninggalan cucu terakhir dari Raden Patah maka jangan kemana-mana, TETAPLAH di BATANG SUHAID ........


Tentang Penulis;
Name: Muhammad Alhuzaifi (jefi)
TTL : 04 Februari 1991
Hobby : Travelling
Activity: Kuliah, Swimming, Fitness dan Ngerabai





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar